moral anak merosot
Moral (Bahasa Latin Moralitas) adalah istilah manusia
menyebut ke manusia atau orang lainnya dalam tindakan yang memiliki
nilai positif. Manusia yang tidak memiliki moral disebut amoral artinya
dia tidak bermoral dan tidak memiliki nilai positif di mata manusia
lainnya. Sehingga moral adalah hal mutlak yang harus dimiliki oleh
manusia. Moral secara ekplisit adalah hal-hal yang berhubungan dengan
proses sosialisasi individu tanpa moral manusia tidak bisa melakukan proses sosialisasi. pada era 90 moral merupakan yang yang sangat dijunjung tinggi tapi pada saat ini moral telah banyak rusak. salah satunya moral seorang anak.entah kenapa hal ini terjadi? mungkin hal ini terjadi karena orangtua yang tidak mengajarkan moral yang baik untuk anak sehingga anak berbuat seenaknya saja, anak tidak sopan santun , anak tidak menghormati jika ada orang yang lebih tua.
Anak tumbuh dan berkembang di bawah asuhan orang tua.
Melalui orang tua, anak beradaptasi dengan lingkungannya dan mengenal
dunia sekitarnya serta pola pergaulan hidup yang berlaku di
lingkungannya.
Menurut Schochib,(2013,:15) terdiri dari tiga kecenderungan pola
asuh orang tua yaitu: Pola asuh otoriter, Pola asuh demokartis, dan Pola
asuh permisif. Ketiga pola asuh orang tua tersebut dapat dijelaskan
seperti di bawah ini:
a. Pola Asuh Otoriter
Yaitu pola asuh yang menetapkan standar mutlak yang harus
dituruti. Kadangkala disertai dengan ancaman, misalnya kalau tidak
mau makan, tidak akan diajak bicara atau bahkan dicubit. Menurut Schochib,(2013,:15), orang tua yang menerapkan
pola asuh otoriter mempunyai ciri kaku, tegas, suka menghukum,
kurang ada kasih sayang serta simpatik, orang tua memaksa anakanak
untuk patuh pada nilai-nilai mereka serta mencoba membentuk
lingkah laku sesuai dengan tingkah lakunya serta cenderung
mengekang keinginan anak, orang tua tidak mendorong serta
memberi kesempatan kepada anak untuk mandiri dan jarang
memberi pujian, hak anak dibatasi tetapi dituntut tanggung jawab
seperti anak dewasa.
Dalam penelitian (Gunarsa, 2013,:86)ditemukan bahwa orang
yang otoriter cenderung memberi hukuman terutama hukuman fisik.
Sementara itu, menurut Hurlock (2013) dikatakan bahwa orang tua
yang otoriter tidak memberikan hak anaknya untuk mengemukakan
pendapat serta mengutarakan perasaan-perasaannya. Sedangkan
menurut Sri Mulyani (2013:16) orang tua adalah : orang tua amat
berkuasa terhadap anak, memegang kekuasaaan tertinggi serta
mengharuskan anak patuh pada perintah-perintah orangtua. dengan
berbagai cara, segala tingkah laku anak dikontrol dengan ketat.
Orang tua seperti itu akan membuat anak tidak percaya diri,
penakut, pendiam, tertutup, tidak berinisiatif, gemar menentang,
suka melanggar norma, kepribadian lemah dan seringkali menarik
diri dari lingkungan sosialnya, bersikap menunggu dan tak dapat
merencakan sesuatu.
b. Pola Asuh Demokratis
Pola asuh demok
Santrock (2013) dari hasil penelitiannya menemukan bahwa
teknik-teknik asuhan orang tua yang demokratis akan menumbuhkan
keyakinan dan kepercayaan diri maupun mendorong tindakantindakan
mandiri membuat keputusan sendiri akan berakibat
munculnya tingkah laku mandiri yang bertanggung jawab.
Hasilnya anak-anak menjadi mandiri, mudah bergaul, mampu
menghadapi stres, berminat terhadap hal-hal baru dan bisa
bekerjasama dengan orang lain.
c. Pola Asuh permitif
Tipe ini kerap memberikan pengawasan yang sangat longgar.
Memberikan kesempatan pada anaknya untuk melakukan sesuatu
tanpa pengawasan yang cukup darinya. Cenderung tidak menegur
atau memperingatkan anak. Menurut Yusuf (2013:225) menyatakan bahwa Orang tua
yang mempunyai pola asuh permisif cenderung selalu memberikan
kebebasan pada anak tanpa memberikan kontrol sama sekali, Anak
dituntut atau sedikit sekali dituntut untuk suatu tangung jawab tetapi
mempunyai hak yang sama seperti orang dewasa, dan Anak diberi
kebebasan untuk mengatur dirinya sendiri dan orang tua tidak
banyak mengatur anaknya. Orang tua tipe ini memberikan kasih
sayang berlebihan. Karakter anak menjadi impulsif, tidak patuh,
manja, kurang mandiri, mau menang sendiri, kurang percaya diri dan
kurang matang secara sosial.
Perkembangan moral anak akan sangat dipengaruhi oleh
bagaimana lingkungan keluarganya. Karenaya, keharmonisan
keluarga menjadi sesuatu hal mutlak untuk diwujudkan, misalnya
suasana ramah. Ketika keikhlasan, kejujuran dan kerjasama kerap
diperlihatkan oleh masing-masing anggota keluarga dalam hidup
mereka setiap hari, maka hampir bisa dipastikan hal yang sama juga
akan dilakukan anak bersangkutan.
Sebaliknya, anak akan sangat sulit menumbuhkan dan
membiasakan berbuat dan bertingkah laku laku baik manakala di
dalam lingkungan keluarga (sebagai ruang sosialasi terdekat, baik
fisik maupun psikis) selalu diliputi dengan pertikaian, pertengkaran,
ketidakjujuran, kekerasan, baik dalam hubungan sesama anggota
keluarga.
selain pola asuh orang tua moral merosot disebabkan oleh perkembangan era globalisasi, Globalisasi adalah suatu proses di mana
antar individu, antar kelompok, dan antar negara saling berinteraksi,
bergantung, terkait, dan memengaruhi satu sama lain yang melintasi batas
negara.
Globalisasi memengaruhi hampir semua
aspek yang ada di masyarakat, termasuk diantaranya aspek budaya.
Kebudayaan dapat diartikan sebagai nilai-nilai (values) yang
dianut oleh masyarakat ataupun persepsi yang dimiliki oleh warga
masyarakat terhadap berbagai hal. Baik nilai-nilai maupun persepsi
berkaitan dengan aspek-aspek kejiwaan/psikologis, yaitu apa yang
terdapat dalam alam pikiran. Aspek-aspek kejiwaan ini menjadi penting
artinya apabila disadari, bahwa tingkah laku seseorang sangat
dipengaruhi oleh apa yang ada dalam alam pikiran orang yang
bersangkutan. Sebagai salah satu hasil pemikiran dan penemuan seseorang
adalah kesenian, yang merupakan subsistem dari kebudayaan.
DAMPAK POSITIF DAN NEGATIF GLOBALISASI DI BIDANG SOSIAL BUDAYA
Globalisasi
membawa dua dampak bagi kehidupan sosial budaya masyarakat. Secara
garis besar, globalisasi banyak mengubah pola pikir masyarakat yang
tadinya tradisional dan akhirnya berkembang menuju modern. Globalisasi
juga mengubah pola kehidupan masyarakat, salah satunya menuntun
masyarakat jadi mengenal banyak budaya dari negara-negara di luar.
Akan
tetapi, masuknya budaya luar pun harus menjadi perhatian kita nih Squad.
Saat ini kebanyakan anak-anak muda mulai tidak mengenal budaya asli
Indonesia. Hal ini sangat disayangkan, karena di dalam kebudayaan lokal,
terkandung banyak makna dan nilai yang bisa kita pelajari. Untuk itu,
dalam menerima perkembangan budaya luar, kita pun tidak boleh melupakan
budaya sendiri.
Sekarang kalian sudah pahamkan, bahwa
globalisasi memiliki dampak positif dan negatif bagi masyarakat dan
negara. Baik globalisasi teknologi, globalisasi ekonomi, globalisasi
sosial budaya, semua memiliki dampak positif dan negatif. Lalu bagaimana
agar kita bisa mengantisipasi dampak-dampak negatif tersebut? Tentunya
dengan terus belajar, perpikir dengan cerdas, dan memperhatikan setiap
perkembangan baik ranah sosial, politik, ekonomi, budaya, juga
teknologi.
Tinggi rendahnya ilmu pengetahuan kita, berdampak pada tinggi rendahnya dampak postifi dan negatif globalisasi. So kalian bisa belajar di ruangbelajar,
di mana kalian akan belajar dengan menggunakan aplikasi dan internet.
Model pembelajaran yang canggih, kemudian efektif serta lebih terfokus
pada contoh real, dapat membuat kalian mudah memahami materi-materi yang
diajarkan.1
Ada Beberapa solusi untuk mengatasi masalah ini :
1. Hindari Salah dalam bergaul, kita harus
pandai memilah dan memilih teman dekat. Karena pergaulan akan sangat
berpengaruh terhadap etika, moral, dan akhlak. Karena kepribadian
manusia akan
terpengaruhi dari pergaulan itu sendiri. Apabila seseorang bergaul di
lingkungan yang baik,maka ia akan timbul kepribadian yang baik juga.
Begitu juga sebaliknya, Apabila seseorang bergaul di lingkungan yang
tidak baik, maka akan tibul kepribadian yang tidak baik juga.
2. Peran orang tua sangat penting dalam pembentukan
karakter seseorang, terutama dalam mengenalkan pendidikan agama sejak kecil.
Perhatian dari orang tua juga sangat penting. Karena pada banyak kasus,
kurangnya perhatian orang tua dapat menyebabkan dampak buruk pada sikap anak.
3. Memperluas wawasan dan pengetahuan akan sangat
berguna untuk menyaring pengaruh buruk dari lingkungan, misalnya kebiasaan
merokok. Padahal jika dilihat dari sisi kesehatan,
merokok dapat menyebabkan banyak penyakit, baik pada perokok aktif maupun
pasif. Sehingga kebiasaan ini tidak hanya akan mempengaruhi dirinya sendiri,
melainkan juga orang-orang di sekelilingnya.
Komentar
Posting Komentar